BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Fiqh Islam dalam perjalanan dan perkembangannya telah mengalami
zaman kegemilangan dengan munculnya beberapa mujtahid dan fuqaha besar yang
memiliki peran penting dalam membangun kemajuan dan kesempurnaan fiqh Islam.
Sejalan dengan munculnya para imam besar maka lahirlah beberapa
fiqih yang diberi nama sesuai dengan nama pendirinya, terikat dengan hasil
ijtihad, cara istinbat, dan kaidah-kaidah yang mereka terapkan. Allah telah
memberi kemudahan bagi sebagian mazhab untuk tetap bertahan hidup dan terus
diikuti sampai hari ini.
Kemudian dalam perkembangannya umat Islam dihadapi dengan berbagai
permasalahan. Umat Islam terpecah
menjadi beberapa kelompok, dan huru-hara sering terjadi. Dalam makalah ini penulis akan membahas
tentang Tasyri’ Masa Imam Mazhab dan Tasyri’ Masa Sahabat kecil dan Tabi’in
Besar.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
Tasyri’ Masa Imam Mazhab?
2.
Bagaimana
Tasyri’ Pada Masa Sahabat Kecil dan Tabi’in Besar?
C.
TUJUAN
1.
Untuk
Mengetahui Bagaimana Tasyri’ Imam Mazhab!
2.
Untuk
Mengetahui Bagaimana Tasyri’ Pada Masa Sahabat Kecil dan Tabi’in Besar!
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tasyri’ Masa Imam Mazhab
a.
Mazhab Hanafi
1.
Biografi
Imam Abu Hanifah
Mazhab Hanafi merupakan mazhab yang paling tua diantara empat mazhab Ahli Sunnah
wal Jamma’ah yang populer. Mazhab ini dinisbahkan kepada imam besar Abu
Hanifah An-Nu’man bin Tsabit bin Zutha At-Tamimiy, lahir di Kufah 80 H dan
wafat di Baghdad pada tahun 150 H. Imam
Abu Hanifah tumbuh kembang dalam rumah yang terbiasa dengan bisnis di Kufah.
Selain terbiasa menjual pakaian, keluarganya juga memiliki pemahaman yang baik
terhadap agamanya sejak ayahnya Tsabit bertemu dengan Ali bin Abi Thalib dan
mendoakan keberkahanya kepada keluarganya.
2.
Guru
Imam Abu Hanifah
Beliau berguru dengan seorang ulama terkemuka pada zamanya, yaitu
Hammad bin Sulaiman yang merupakan guru paling senior bagi Imam Abu Hanifah dan
banyak memberikan pengaruh dalam membangun mazhab fiqhnya. Imam Abu Hanifah juga belajar dari tabi’in seperti Atha bin Abi
Rabah , dan Nafi pembantunya Nabi Umar.
3.
Manhaj
dan Metodologi Pengajaran Imam Abu Hanifah
Setelah Hammad bin Sulaiman meninggal pada tahun 120 H, beliau
duduk menggantikan sang guru dalam majlis kajianya, gaya pengajaran Imam adalah dengan cara berdialog dan hanya
tidak bersifat penyampain, namun terkadang beliau memberikan beberapa
pertanyaan seputar fiqh kepada murid-muridnya, kemudian beliau menyebutkan
beberapa dasar untuk menjawab masalah tersebut , lalu mereka berdialog. Metodologi
yang digunakan oleh Imam Abu Hanifah sama seperti yang diterapkan dalam sistem
pendidikan dan kampus-kampus sekarang ini, seperti metode Analisis, observasi
ilat dan menelaah dalil.
4.
Peta
Penyebaran
Mazhab
Hanafi
Mazhab Hanafi tersebar di banyak negeri, bahkan menjadi mazhab
resmi di negeri Irak, terutama disekitar sungai Eufrat walaupun tidak begitu dominan
dalam ibadah. Mazhab Hanafi mulai tersebar di Kufah, kemudian Baghdad, Mesir,
Syam, Persia, Romawi, Yaman, India, Cina, Bukhara, Kaukasus, Afghanistan, dan
Turkistan. Mazhab ini juga masih terus menjdi refresensi dalam mengeluarkan
oleh fatwa oleh negara-negara yang pernah tunduk dibawah pemerintahan Turki
Utsmani hingga sekarang.
5.
Perkembangan
Mazhab
Hanafi
Diantara faktor utama yang mendorong tersebarnya mazhab Hanafi
diberbagai negeri ada hal-hal sebagi berikut.
a. Banyaknya murid imam Abu Hanafi yang menyebarkan dan menjelaskan
tentang mazhab ini, terutama teori dasar mazhab dan berbagai permasalahan yang
menjadi objek dalam permasalahan mazhab.
b. Dijadikan mazhab resmi dinasti Abbasiyah selama lebih dari lima abad yang diterapkan pada negeri-negeri
islam lainya yang di bawah kekuasaan khalifah.
c. Pengangkat Abu Yusuf sebagai hakim di Baghdad oleh khalifah Harun Rasyid
sehinnga setiap hakim daerah harus merujuk kepada keputusan beliau dalam
memetuskan perkara.
d.
Perhatian
para fuqaha
b.
Mazhab Maliki
1.
Biografi
Pendiri
Mazhab
Maliki
Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik
bin Anas bin ‘Amir Al- Ashabahi, lahir madinah pada tahun 93 H dari kedua orang
tua keturunan Arab. Ayahnya berasal dari kabilah Dzi Ashbah yang ada di Yaman,
dan ibunya bernama Aliyah binti Syuraik dari kabilah
Adzi. Kakek beliau adalah seorang pembesar tabi’in , banyak meriwayatkan
hadis dari sahabat, seperti umar bin
Khatab, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidilah, dan Aisyah.
2.
Karir
Pendidikan
Imam Malik
Beliau sudah hafal Al-quran dalam usia yang sangat dini, belajar
dari Rabi’ah Ar-Ra’yi ketika beliau sangat muda, berpinndah dari satu ulama
yang lain untuk mencari ilmu sampai beliau bertemu dan ber-mulazamah
dengan Abdurahman bin Hurmuz. Imam Malik sangat rajin dan tekun untuk menuntut
ilmu, beliau bukan lah orang kaya tetapi beliau pernah menjual atap rumahnya
hanya untuk mendapatkan ilmu, beliau mengkaji setiap ilmu yang ada hubungan
dengan ilmu syariat.
3.
Guru
Imam Malik
Imam malik mendapatkan ilmu fiqh dan Sunnah dari para gurunya,
diantara Abdurrahman bin Hurmuz, Abdullah bin Dzakwan (belajar hadis), Yahya
bin Sa’id (belajar ilmu dan fiqh dan periwayatan), Ra’biah bin Abdirrahman.
4.
Majlis
Pengajaran
Imam Malik
Beliau memiliki dua majlis taklim, pertama: majlis hadis dan yang
kedua majlis fatwa. Beliau membuat jadwal khusus untuk fatwa dan hadis, selain
ada yang datang langsung kepada beliau dan sang imam kemudian menuliskan
jawabannya untuk siapapun yang mau.
5.
Murid
Imam Malik
Banyak murid yang datang dari segala penjuru negeri Islam, dari
Syam, Irak, Mesir, Afrika Utara, Andalusia. Abdullah bin imam Wahab yang berguru kepada mazhab Malik
selama 20 tahun dan menyebarkanya di Mesir dan Maroko. Abdurrahman bin AL-Qasim
AL-Mishriy, miliki peran penting dalam menulis mazhab Malik. Dan Asyab bin Abdullah ‘Aziz AL-Qaisi , rujukan kaum muslimin di
mesir dalam bidang fiqh dan Tunisia yang wafata pada tahun 224 H.
6.
Dasar
Mazhab
Malik
Berdasarkan penjelasan dan isyarat Imam Malik
serta hasil istinbat para fuqaha
mazhab dari berbagai masalah furu’iyah yang dinukilkan dan juga pendapat yang
ada dalam kitab Al-Muwaththa dapat kami simpulkan bahwa dasar mazhab imam Malik
adalah sebagai berikut.
a.
Al-quran,
b.
Sunnah,
c.
Amalan
penduduk Madinah,
d.
Fatwa
sahabat
e.
Qiyas
Al-Mashalih Al-Mursalih dan Istihsan,
f.
Sadd
Adz-Dzara’I,
g.
Al-ur’f.
7.
Perkembangan
dan Penyebaran Mazhab Maliki
Mazhab Imam Malik tersebar di negeri Hijaz karena disitulah ia lahir
dan berkembang, juga tersebar di Mesir sezaman dan sang Imam masih hidup, di Tunisia,
Al-Jazair dan Maroko, Torablus dan Sudan, dan dominan di Bashrah dan Baghdad
dari waktu ke waktu.
c.
Mazhab Syafi’i
1.
Biografi
Imam Asy-Syafi’i
Mazhab Syafi’i dibangun oleh Imam Abu Abddilah
Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Syafi’i, dan suku Quraisy
bertemu nasabnya dengan Rasullah saw pada Abd
Manaf. Imam
Asy-Syafi’i lahir di Gaza pada tahun 150 H dan wafat di mesir tahun 204 H.
Ibunya keturunan Yaman dari kabilah Azdi dan memiliki jasa yang besar dalam mendidik
imam Asy-Syafi’i. Ayahnya meninggal dunia ketika beliau masih dalam buaian, hidup
dalam kemiskinan dan ketika ibunya takut nasab anaknya akan hilanglah beberapa
hak yang dapat menjauhkanya dari sulitnya ujian hidup.
2.
Pendidikan
Imam
Asy-Syafi’i
Imam
Asy-Syafi’i sudah hafal Al-Qur’an dalam usia dini ketika masih di Gaza dan
ketika beliau berada di mekkah sang imam mulai belajar hadis dari beberapa guru
hadis. Imam ini juga sangat rajin menulis menghafal sunnah Rasullah, kemudian
beliau pergi pelosok desa untuk mengasah ketajaman bahasa dari kabilah Hudzail,
menghafal syair dan cerita kabilah, dan mendalami bahasa Arab. Imam juga
belajar ilmu memanah dan sangat mahir, bahkan jika ia melepaskan 10 anak panah
akan semuanya akan mengenai sasaran, dan dengan ini maka sempurnalah baginya
proses pendidikan yang agung dan tinggi.
3.
Guru
Imam
Asy-Syafi’i
Imam Syaf’i mendapatkan ilmunya dari banyak guru yang terbesar
diseluruh negeri Islam dan fuqaha yang tersebar di negeri itu. Di Mekkah beliau
belajar dari Muslim bin khalid Az-Zanzi, seorang mufti Mekkah dan beliau
belajar dalam tempo yang lama sehingga imam ini berhasil menguasainya. Beliau juga
belajar dengan Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibani, sahabat imam Abu Hanifah
beliau juga mengambil ilmu sufyan bin Uyainah dan Abdurahman bin Mahdi.
Kesemuanya memuji imam Asy-Syafi’i atas keluasan ilmunya.
4.
Murid
Imam Asy-Syafi’i
Diantara murid beliau di Irak adalah Al-Hasan dan Muhammad yang
dikenal dengan julukan Az-Za’farani, imam Ahmad bin Hambal dan Al-Husain bin Ali
yang dikenal dengan nama Al-Karabisi. Diantara murid
beliau di Mesir adalah Abu Yaqub Yusuf bin Yahya Al-Buthi murid yang paling
senior di mesir.
5.
Dasar
Mazhab
Syai’i
Dalam menetapkan fiqhnya imam asy-syafi’i menggunakan lima sumber
sebagai berikut.
a. Nash-nash yaitu Al-Qur’an dan Sunnah yang merupaan sumber utama
bagi umat Islam.
b. Ijma merupakan salah satu dasar yang dijadikan sebagai hujjah oleh
imam Syafi’i.
c. Pendapat para sahabat.
d.
Qiyas
Imam Syafi’i memiliki peran penting dalam membela Sunnah Rasullah dengan cara menghancurkan segala upaya
musuh dengan menyebarkan isu bahwa tidak layak menerima sesuatu yang tidak
makna dengan Al-Qur’an.
7.
Imam Asy-Syafi’i dan Ushul Fiqh
Jaman Imam Asy-Syafi’i memiliki keistimewaan tersendiri dimana para
ulama berlomba-lomba membukukan ilmu pengetahuan dan mengokohkan dengan
membuat kaidah atau aturan mainya.
8. Penyebaran dan Perkembangan Mazhab Syafi’i
Mazhab ini tersebar di negeri Irak, karena
disanalah mazhab ini pertama kali muncul. Demikian pula di Mesir karena ia pernah tinggal disana hingga akhir hayatnya. Mazhab ini juga dipelik oleh para
penduduk muslim di kawasan Khurasan dan di sekitar sungai Eufrat, Palestina
Hadramaut, Persia bahkan menjadi mazhab yang dominan di Pakistan, Srilangka India, Indonesia, dan Australia.
d. Mazhab Hanbali
1.
Biografi Imam Hanbali
Mazhab Hanbali dibangun oleh imam Abu Abbdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Asy-Syibani.
Lahir di Baghadad tahun 164 H meninggal tahun 241 H beliau adalah keturunan Arab asli. Kakeknya seorang wali kota wilayah Sarkhas ayahnya sang panglima
perang.
2. Pendidikan Imam Hanbali
Imam Ahmad sudah belajar Al-Qur’an sejak masa kecil belajar bahasa Arab dan Hadis kecerdasanya sudah terlihat sejak masih
kecil. Pada awalnya beliau bercita-cita sebagai ingin menjadi ahli hadis
setelah itu baru beliau belajar mulai belajar ilmu fiqh.
3. Dasar Mazhab Imam Hambali
a. Nash Al-Qur’an dan Sunnah .
b. Fatwa sahabat yang tidak ada penentangnya.
c. Jika para sahabat berbeda pendapat maka beliau memilih
salah satunya.
d. Menggunakan Hadis Mursal dan Dhaif jika tidak ada dalil lain mengutkanya dan
didahulukan dari pada qiyas.[1]
Kata dhaif menurut bahasa berarti lemah,
sebagai lawan dari kata kuat. Maka sebutan hadis dhaif dari segi bahasa berarti
hadis yang lemah atau hadis yang tidak kuat.[2]
e. Qiyas
4. Peta Penyebaran Mazhab Hambali
Mazhab Hanbali tersebar berbagai di negeri Islam,
antara lain, Irak, Mesir, Semenanjung Arab, dan Syam. Selanjutnya dengan kemunculan
Imam Muhammad bin Abbdulwahab mazhab Hanbali menjadi mazhab resmi kerajaan
Saudi Arabia sampai sekarang, sehinnga ia menjadi semakin kuat dan terus
berkembang.[3]
B. Tasyri’ Pada Masa Sahabat Kecil dan
Tabi’in Besar
Tasyri’
pada priode sahabat junior dan tabi’in
ini dimulai setelah masa Khulafaur Rasyidin, yaitu sejak masa Bani Umayyah yang
didirikan oleh Muawiyyah bin Abi Sufyan pada tahun 41 Hijriah. Adapun tabi’in
ialah orang-orang yang bertemu dengan para sahabat.[4]
Defenisi tabi’in yang terpilih menurut
Al-hakim adalah:
التَا
بِعِى مَنْ شَا فَهَ اَصْحَا بَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
اَيْ مَعَ كَوْ نِهِ مَؤْ مِنًا
“Tabi’in adalah orang
yang bermusyafahah (bertemu untuk belajar) dengan sahabat Rasulullah SAW dalam
keadaan beriman”.[5]
a. Tasyri’ pada Masa Sahabat Junior dan Tabi’in.
Setelah masa khalifah yang keempat berakhir,
fase selanjutnya adalah masa sahabat junior dan tabi’in. Fase ini dipimpin oleh
Bani Umayyah (41 H- awal abad 11 H) dengan pemimpin pertama adalah Mu’awaiyah
bin Abi Sufyan.[6]
Keberhasilan
Muawiyah menjadi nomor satu di pemerintahan tidak terlepas dari kelihaiannya
mengadu strategi dengan pihak Ali. Sebagaimana dijelaskan dalam sejarah Islam
pengangkatan Muawiyah dilakukan secara tidak fair.[7]
Fitnah besar yang dihadapi umat pada akhir
pemerintahan Ali adalah takhkim (perdamaian) antara pendukung Ali sebagai
khalifah dan pendukung Mu’awiyah sebagai Gubernur Damaskus. Pendukung Ali tidak
menyetujui tahkim, dan mereka disebut kelompok Khawarij. Mu’awiyah mengambil
alih kepemimpinan di kala umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok, yaitu
Khawarij, Syiah, Sunni.[8]
Khawarij
yaitu berasal dari kata kharaja yang berarti keluar. Nama itu diberikan kepada
mereka, karena mereka keluar dari barisan Ali.[9]
Syi’ah
dilihat dari bahasa berarti pengikut, pendukung atau kelompok, sedangkan secara
istilah adalah sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spiritual dan
keagamaannya selalu merujuk pada keturunan nabi Muhammad SAW.[10]
Periode ini merupakan ‘am al-jama’ah
(tahun persatuan) karena jumhur muslimin bersepakat untuk bersatu. Meskipun
demikian, pemberontakan datang dari kalangan Khawarij dan syiah.
1. Golongan Khawarij mengancam untuk membunuh raja yang zalim dan keluarganya.
2. Golongan Syiah berkeyakinan bahwa pemerintahan merupakan hak Ali dan
keluarganya.
b. Pengaruh Aliran Politik Khawarij, Syi’ah, dan Sunni.
Ada
beberapa hal yang memengaruhi perkembangan tasyri’ pada priode ini.
1. Perpecahan kaum muslimin dalam politik.
2. Terpecahnya ulama keberbagai negara.
3. Tersebarnya para periwayat hadis.
4. Munculnya pendustaan terhadap hadis Rasulullah.
5. Munculnya sejumlah besar maula (budak yang sudah di merdekakan).[11]
c. Sumber tasyri’ pada masa sahabat junior dan tabi’in.
Sumber hukum Islam pada masa ini tidak beranjak jauh dari apa yang
telah dilakukan para ulama terdahulu pada zaman sahabat. Langkah-langkah yang
mereka tempuh dalam proses penetapan hukum adalah sebagai berikut:
1.
Mencari
ketentuannya dalam Al-qur’an.
2.
Mencari
ketentuannya dalam As-sunah. Jika ternyata tidak ditemukan dalam Al-qur’an.
3.
Kembali
kepada pendapat sahabat. Jika di dalam Al-qur’an dan As-sunah tidak ditemukan.
4.
Melakukan
ijtihad apabila tidak menemukan pendapat sahabat.[12]
d.
Nama-nama khalifah pemerintahan Bani Umayyah.
1.
Khalifah Umayyah di Damasyik
a.
Muawiyah I ibn Abu Sufyan, 661-680 M.
b.
Yazid I ibn Muawiyah, 680-683 M.
c.
Muawiyah II ibn Yazid, 683-684 M
d.
Marwan I ibn Hakam, 684-685 M.
e.
Abd al-Malik ibn Marwan, 685-705 M.
f.
Al-walid I ibn Abd al-Malik, 705-715 M.
g.
Sulaiman ibn Abd al-Malik, 715-717 M.
h.
Umar ibn Abd al-Aziz, 717-720 M.
i.
Yazid II Abd al-Malik, 720-724 M.
j.
Hisyam ibn Abd al-Malik, 724-743 M.
k.
Al-walid II ibn Yazid II, 743-744 M.
l.
Yazid III ibn al-Walid, 744 M.
m.
Ibrahim ibn al-Walid, 744 M.
n.
Marwan II ibn Muhammad, 744-750 M.
2.
Khalifah di Cardoba
a.
Abd ar-Rahman I, 756-788 M.
b.
Hisyam I, 788-796 M.
c.
Al-Hakam I, 796-822 M.
d.
Abd ar-Rahman II, 822-852 M.
e.
Muhammad I, 852-886 M.
f.
Al-Mundhir, 886-888 M.
g.
Abdallah ibn Muhammad, 888-912 M.
h.
Abd ar-Rahman III, 912-961 M.
i.
Al-Hakam II, 961-976 M.
j.
Hisyam II, 976-1008 M.
k.
Mohammed II, 1008-1009 M.
l.
Sulaiman, 1009-1010 M.
m.
Hisyam II, menaiki tahta semula, 1010-1012 M.
n.
Sulaiman, menaiki tahta semula, 1012-1017 M.
o.
Abd ar-Rahman IV, 1021-1022 M.
p.
Abd ar-Rahman V, 1022-1023 M.
q.
Muhammad III, 1023-1024 M.
e.
Nama-nama tokoh yang terkemuka dari kalangan Tabi’in
1.
Urwah Bin Zubair, lahir 22 H.
2.
Sulaiman bin Yasar, lahir 34 H.
3.
Sa’id bin Musayyib, lahir 15 H.
4.
Salamah bin Dinar, meninggal 140 H.
5.
Ibnul Hanafiyah, lahir 21 H.
6.
Zainal Abidin, lahir 38 H.
7.
Salim bin Abdullah, meninggal 106 H.
8.
Rabi’ah ar-Ra’yi, meninggal 136 H.
9.
Az-Zuhri, lahir 50 H.
10.
Nafi, meninggal 117 H.
11.
Muhammad bin Munkadir, meninggal 130 H.
12.
Ikrimah, lahir 25 H.
13.
Mujjahid, lahir 21 H.
14.
Abu Muslim Al-khaulani, meninggal 62 H.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Mazhab Hanafi, Mazhab ini dinisbahkan kepada imam besar Abu Hanifah
An-Nu’man bin Tsabit bin Zutha At-Tamimiy, lahir di Kufah 80 H dan wafat di Baghdad pada tahun 150 H. Mazhab Maliki
didirikan oleh Imam Malik bin Anas bin ‘Amir Al- Ashabahi, lahir madinah pada tahun 93 H
dari kedua orang tua keturunan Arab. Mazhab Syafi’i dibangun oleh Imam Abu Abddilah
Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Syafi’i. Imam Asy-Syafi’i lahir di Gaza pada tahun 150
H dan wafat di mesir tahun 204 H. Mazhab Hanbali dibangun oleh imam Abu
abbdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad Asy-Syibani. Lahir
di Baghadad tahun 164 H meninggal tahun 241 H beliau adalah keturunan Arab asli.
Masa sahabat junior dan tabi’in dimulai pada masa pemerintahan
Mu’awiyah bin Abi Sufyan tahun 41 Hijriah sampai awal abad II Hijriah. Pada
masa ini diwarnai pemberontakan dari golongan Khawarij dan Syiah.
1.
Golongan
Khawarij mengancam membunuh khalifah yang zalim dan keluarganya.
2.
Golongan
Syiah berkeyakinan bahwa pemerintahan merupakan hak Ali dan keluarganya.
B.
SARAN
Berdasarkan makalah yang telah disusun, tentunya
terdapat kekurangan. Maka dari itu, diharapkan bagi para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
dapat menyempurnakan pembahasan tersebut.
[7] Supiana
dan Karman, Materi pendidikan Agama Islam,Cet. Ke-4, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), hal 291
[9] Harun
Nasution, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan,
Cet.ke-5, (Jakarta: UI Press, 1986), hal 13
[10] Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu
Kalam, Cet. Ke-6, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hal 89
[12] Dedi
Isma Tullah, Sejarah Sosial Hukum Islam, Cet. Ke-1, ( Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal 334
[13] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Cet. Ke- 2,
(Semarang: PT Pustaka Riski Putra, 2010), Hal 71-72
[14] Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah,
Cet.ke-4, (Jakarta: Pustaka Alkausar, 2008), hal 161-174
0 komentar:
Posting Komentar